Sejarah
Dilihat dari
sejarah, psikologi sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu bahkan sebelum
masehi (Zaman Yunani) sampai sekarang. Ini dilihat dari sejarah bahwa psikologi
yang dimaksud adalah pembahasan tentang jiwa manusia. Bahkan di dalam kitab
setiap agama kita akan mendapati istilah psikologi (jiwa). Sehingga sejarah
psikologi bisa dilihat dari sudut ini pula. Tetapi sekarang, kita akan membahas
sejarah psikologi dengan membahas pembabakan sejarahnya sesuai dengan
perkembangan ilmu zaman itu. Sebagai catatan bahwa ilmu psikologi modern tidak
bisa dipisahkan dengan sejarahnya di Filsafat. Sebagian ahli berpendapat bahwa
psikologi berkembang dari ilmu filsafat yang memisahkan diri sebagai ilmu
mandiri.
Masa Yunani
Pendekatan dan orientasi filsafat masa Yunani
yang terarah pada eksplorasi alam, empirical observations, ditandai dengan
kemajuan di bidang astronomi dan matematika, meletakkan dasar ciri natural
science pada psikologi, yaitu objective,
experimentation and observation, the real activity of living organism.
Pertanyaan utama yang selalu berulang:
Why do we behave as we do?
Why are we able to generate reasonable
explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we have moods?
Why do we seem to know what we know?
Efforts to find ‘the cause?
Masa Pra Yunani Kuno dikenal dengan tahap
intelektual masih primitive, yaitu theological/animism
yang beratribusi ‘the cause’ pada dewa-dewa atau
spiritual power. Contoh : Mesir. Dalam pandangan ini manusia dianggap sebagai
pihak yang lemah dan perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan para spirit,
maka tugas utama manusia adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara
menjunjung tinggi otoritas para spirit.
Sejak zaman
filsuf-filsuf besar seperti Socrates (469-399 SM) telah berkembang filsafat
mental yang membahas secara jelas persoalan “jiwa raga”.
Pada masa kejayaan Yunani telah berkembangnya
filsafat mental yang membahas secara jelas persoalan jiwa raga, yang ditandai
oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato, Aristoteles. Walau
masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa Yunani Kuno),
ketiga filsuf ini telah banyak membahas masalah jiwa. Dimulai dari Socrates
sebagai soko guru yang meletakkan dasar-dasar filsafat tentang jiwa. Kemudian
dilanjutkan oleh Plato yang berpandangan bahwa jiwa terbagi dalam tiga elemen
yaitu elemen berpikir dan bahasa, elemen raga atau tubuh, dan elemen ruhaniah.
Sementara itu Aristoteles berpendapat bahwa jiwa merupakan azas hidup yang
menjadikan tubuh memeliki kehidupan.
Masa Abad Pertengahan
a.
Akhir Hellenistic
Masa ini ditandai dengan lahirnya pendekatan
natural science dari Aristoteles yang disebarkan oleh muridnya Alexander the
Great melalui ekspansi militer sampai ke daerah Timur. Bersamaan dengan itu
mulai juga masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia,
India, dan Mesir. Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh
timur ini semakin kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas
menggantikan naturalisme.
b.
Masa Romawi
Konteks sosial :
- Pemerintahan kekaisaran romawi yang mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta jaminan akan ketentraman sosial.
- Pemikiran tentang manusia dan alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa Romawi lebih tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran Romawi.
- Ide-ide dan pemikiran tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan
Pengaruh bagi perkembangan pemikiran tentang
manusia:
- Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat Romawi.
- Fokus yang dibicarakan :
a)
dikotomi
aktif-pasif, apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah unsur yang aktif
dan mandiri terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan hanya bisa memberi
reaksi.
b)
dikotomi
passion – reason
c)
manusia
dipandang sebagai makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha untuk mencari
cara ‘menguasai’ keinginan fisik melalui penolakan dunia materiil dan mencari
kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
- Pengaruh pada pemikiran tentang. nilai moral.
- Pemikiran pada masa Romawi memberi jalan bagi berkembangnya kekristenan.
c.
Pengaruh Kristen
Konteks sosial
:
- masa penyebaran agama Kristen dengan tokoh Yesus sebagai perwujudan "manusia sempurna" beserta perilakunya yang harus jadi teladan.
- paham Tritunggal yang mengandaikan x=3x
- gereja dan para ulamanya berperan penting dalam masyarakat
- peran gereja menjadi dominan dalam perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendekiawan berlatar belakang ulama.
- secara gradual, gereja menjadi penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan atau ide yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral. Peran gereja dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka muncul universitas-universitas di Eropa yang menawarkan kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara gereja dan masyarakat.
Pengaruh pada pandangan mengenai manusia :
- Manusia bukan hanya physical being, tetapi juga spiritual entity. Aspek spiritual tidak diatur oleh hukum alam. Jiwa manusia (soul) ada pada dunia yang tidak nyata (intangible), tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya dapat dibuktikan lewat percaya (iman).
- Menempatkan ide Plato dalam konteks kekristenan
- Usaha untuk menjelaskan hubungan antara body and soul sebagai suatu dualisme, bukan sst yang harus dipertentangkan, body dan soul masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Beberapa
Tokoh abad Ini:
1)
St.
Agustinus
a.
Filsuf pertama
pada masa Kekristenan.
b.
Tuhan adalah
kebenaran yang menciptakan manusia, bumi dan surga. Jiwa manusia adalah image
dari Tuhan.
c.
Pentingnya
eksplorasi spiritualitas sebagai usaha manusia untuk mendekatkan diri pada
Tuhan. Faktor materiil tidak penting, rationalitas juga tidak terlalu dapat
dipercaya. Maka pandangannya betul-betul merupakan kebalikan dari pandangan
natural science yang empiris dan objektif. Hanya melalui transendensi manusia
dapat sedekat mungkin dengan Tuhan dan berarti juga sedekat mungkin dengan
kebenaran.
d.
Sumbangan bagi
psikologi : metode introspective. Teknik utama manusia untuk melakukan
transendensi.
Dalam psikologi modern teknik ini digunakan
oleh beberapa aliran besar seperti strukturalisme (teknik utama untuk menggali
jiwa manusia), gestalt, dan psikoanalisa.
2)
Thomas
Aquinas
a.
Mentransformasikan
pandangan Aristoteles ke dalam konsep-konsep kekristenan. Apa yang dikenal
sebagai reason oleh Aristoteles diterjemahkan sebagai soul oleh Aquinas. Maka
soul adalah sesuatu yang vital bagi manusia, tujuan utamanya adalah memahami
dunia, hal yang tidak dapat dilakukan oleh fisik manusia semata.
b.
Namun demikian,
banyak act dari soul yang membutuhkan tubuh fisik manusia sebagai kekuatan yang
dapat mewujudkannya.
c.
Sumbangan bagi
science/psikologi modern :
ü Pengubahan mutlak dari Aristoteles’ natural
science
ü Pengembangan dualisme
Sepanjang masa ini, perdebatan mengenai manusia
bergeser dari topik kehidupan yang luas, hubungan antara manusia dengan
lingkungannya /alam, ke arah pemahaman tentang kehidupan secara lebih spesifik,
yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam diri manusia itu sendiri.
Menunjukkan semakin mendalamnya perhatian dan concern awal mengenai manusia itu
sendiri. Meskipun demikian, pengaruh kuat gereja menyebabkan pemikiran tentang
manusia tidak bebas, dan otoritas ketuhanan tetap dijunjung sebagai otoritas
tertinggi
Masa Renaissans
Konteks sosial
dan intelektual
Masa ini merupakan merupakan reaksi terhadap
masa sebelumnya, dimana pengetahuan bersifat doktrinal di bawah pengaruh gereja
dan lebih didasarkan pada iman. Reaksi ini sedemikian kuat sehingga dapat
dikatakan peran nalar menggantikan peran iman, ilmu pengetahuan menggantikan
tempat agama dan iman di masyarakat. Semangat pencerahan semakin tampak nyata
dalam perkembangan science dan filsafat melalui menguatnya peran nalar (reason)
dalam segala bidang, dikenal sebagai the age of reason. Akal budi
manusia dinilai sangat tinggi dan digunakan untuk membentuk pengetahuan.
Masa Rennaissance ditandai dengan bergesernya
fokus pemahaman dari God-centeredness menjadi human-centerednes,
dikenal dengan istilah sekularisasi atau humanity. Tulisan-tulisan filsuf
terkenal seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain dikaji untuk melihat bagaimana
pola pikir penulisnya dan konteks histories waktu tulisan itu dibuat. Maka yang
dicari adalah human truth dan bukan God truth. Kesimpulan
akhirnya adalah penerimaan bahwa kebenaran memiliki lebih dari satu perspektif.
Masa Pasca Renaisans dan Revolusi Ilmiah
Konteks sosial
dan intelektual
Ada beberapa pandangan penting tentang manusia
pada masa ini:
Pola pikir yang lebih mekanistik dalam
memandang alam dan manusia. Itu berarti alam memiliki sistem, dapat diramalkan,
dan tidak tunduk pada hukum-hukum spritual belaka. Manusia juga memiliki
reason, kemampuan untuk berpikir logis dan dengan demikian tidak tunduk total
kepada hukum spiritual dan kesetiaan semata.
Penganjur :
v Teori Newton tentang gravitasi
v Heliosentris Copernicus (bertentangan dg
Galileo)
v Mind-body solution dari Descartes
Nature philosophy : alam diatur menurut hukum
yang pasti, empirik dan dapat dibuktikan lewat eksperimen. Memahami alam harus
diikuti sikap mental pengujian fakta obyektif dan eksperimental.
Implikasinya adalah munculnya diskusi tentang.
‘knowledge’ yang menyebabkan perkembangan ilmu dan metode ilmiah yang maju
dengan pesat. Penekanan pada fakta-fakta yang nyata daripada pemikiran yang
abstrak. Ilmu-ilmu eksakta yang menggunakan pendekatan empiri menjadi semakin
dominan, sesuatu yang sampai sekarang juga masih dapat dirasakan pengaruhnya.
Pada masa ini ilmu fisikalah yang dikenal sebagai ‘the queen of science’,
dengan munculnya fisikawan besar seperti Newton.
Rene Descartes
(1596-1650) mengemukakan bahwa manusia memiliki dimensi jiwa dan raga yang
tidak dapat dipisahkan.
Ada 3 aliran yang berkembang (Dibawah Pengaruh
Faal):
1.
Fisiologis:
Kemajuan-kemajuan di bidang fisiologis, meliputi riset-riset di bidang aktivitas
syaraf , sensasi, dan otak yang memberi dasar empiris bagi fungsi-fungsi yang
sebelumnya dianggap fungsi dari soul (jiwa), yang juga sebelumnya dianggap
sangat abstrak.
Tokoh-tokoh penting :
Tokoh-tokoh penting :
a)
Charles
Bell-Francoise Magendie : fakta bahwa syaraf sensoris dan motorik beroperasi
secara terpisah dan searah. Mengikis anggapan bahwa syaraf manusia mencover
keduanya, mengkomunikasikan informasi motorik kepada urat syaraf melalui
‘getaran’ yang diperoleh dari informasi sensoris.
b)
Johannes
Mueller : lebih menekankan pada proses transmisi syaraf. Doctrine of Specific
Nerve Energies : transmisi syaraf adalah proses yang menjembatani antara sensed
object dengan mind. Maka awareness manusia, bukan semata-mata disebabkan oleh
objek tertentu, juga bukan karena jiwa, tapi diperantarai oleh proses transmisi
syaraf. Pandangan ini melengkapi penjelasan ttg peran mind dan consciousness
(cogito ergo sum) dan menjadi dasar bagi penelitian mengenai lokasi spesifik
dari fungsi tertentu di otak.
c)
Marshall Hall :
refleks dikomandoi oleh syaraf tulang belakang (spinal cord) dan bukan syaraf
batang otak. Mendiferensiasikan gerakan tubuh ke dalam 4 kelompok : voluntary
movement, respiratory movement, involuntary movement, dan refleks. Pandangannya
ini memicu diskusi mengenai kesadaran yang sangat relevan bagi perkembangan
psikologi.
d)
Paul Broca
(1824 – 1880), menemukan pusat Broca yang mengendalikan aktivitas bicara. Ia
merupakan tokoh penting dalam studi fisiologis otak. Studi ini berkembang dari
phrenology (Gall & Spurzheim), satu-satunya pendekatan yang waktu itu
berfokus pada otak . Fokus utama dari eksplorasi fisiologis otak adalah untuk
menemukan lokasi fisiologis dari bagian-bagian mental, bagian tertentu dari
otak yang merupakan central dari aktivitas mental manusia.
e)
Pierre Flourens
(1794-1867), mencoba pendekatan dengan bukti non-pathological (melengkapi
Broca), menemukan pusat-pusat penting dari otak yaitu :
v Cerebral hemisphere : willing, judging, memory,
seeing, and hearing
v Cerebellum : motor coordination
v Medulla oblongata: mediation of sensory and
motor function
v Corpora quadrigemina : vision
v Spinal cord : conduction
v Nerves : excitation
f)
Para ahli yang
bersibuk diri dengan studi fisiologis dari sensasi, berusaha menguraikan
anatomi dari reseptor indrawi dan menganalisis pengalaman psikologis yang
dihasilkan berdasarkan proses fisiologisnya. Tokoh : Thomas Young (1773-1829) :
trichromatic theory, Jan Purkinje (1787-1869) : hubungan sistematis antara
struktur mata dan syaraf ke otak untuk menjelaskan perceptual error.
2.
Psikofisiologis
Psychophysics, adalah bagian dari disiplin ilmu fisiologi yang
memfokuskan pada subjective experience dalam mempelajari hubungan antara
stimulus fisik dan sensasinya. Sensasi yang dirasakan oleh pancaindera manusia
dipandang sebagai refleksi hubungan soul-body dan tidak semata-mata dijelaskan
dari sudut anatomi atau fisik saja. Psychophysics merupakan tahap transisi yang
krusial antara bidang fisiologis dengan awal pemunculan psikologi sebagai
sebuah disiplin ilmu. Oleh karena itu para tokoh psychophysics dapat dianggap
sebagai tokoh pendiri psikologi.
Tokoh-tokoh penting :
a)
Gustav Theodor
Fechner : hubungan antara sensasi dan persepsi, menganggap psikofisik sebagai
sebuah ilmu eksak untuk menjelaskan hubungan antara body and mind. Ia tidak
setuju dengan materialism, yaitu bahwa mind harus selalu diwujudkan dalam
bentuk nyata baru bisa diteliti, sebaliknya ia berpegang pada tradisi pemikiran
Jerman dimana mind diangagp sebagai sesuatu yang aktif dan memiliki struktur
secara mandiri. Ia mengajukan ilmu empiris tentang mind dimana meningkatnya
bodily and sensory stimulations dianggap sebagai indicator atau measurement
untuk intensitas pengalaman mental.
Konsep utama :
ambang atau threshold. (absolute threshold, just noticeable threshold).
b)
Hermann von
Helmholtz (1821-1894)Seorang pelopor psikologi eksperimen, banyak menggunakan waktu
reaksi dalam penelitiannya, merupakan sesuatu yang masih banyak digunakan dalam
psi eksperimen sampai sekarang.
Konsepnya : unconscious
inference : penyimpulan hasil persepsi manusia diperoleh berdasarkan proses
yang berulang sehingga akhirnya menjadi sesuatu yang tidak disadari ,‘irresisitible’, sekali terbentuk
sulit secara sadar untuk dimodifikasi, dan digeneralisasi kepada stimulus yang mirip di lingkungan. Konsep
penting lain : unbewusster schluss
Para tokoh psychophysics menunjukkan area studi
yang tidak dengan mudah diakomodasi dalam ilmu fisika, fisiologis, atau
filosofi. Area studi inilah yang berkembang menjadi obyek studi psikologi.
3.
Evolusi
Evolusi, yang
dikemukakan oleh Charles Darwin (1809-1882) merupakan titik penting dalam
pemikiran mengenai manusia karena mengajukan ide bahwa keberadaan manusia
merupakan bagian dari proses adaptasi makhluk hidup dengan alam, manusia bukan
secara spesial diciptakan dan dengan demikian perbedaannya dengan makhluk lain
hanya bersifat gradual, bukan kualitas. Pandangan ini penting dan relevan
sekali bagi perkembangan psikologi, terutama memberikan ide mengenai individual
difference, perbedaan antar individu juga sifatnya hanya gradual, bukan
kualitas.
Tokoh penting :
Francis Galton (1822 – 1911) : dikenal sebagai
bapak psikologi eksperimental Inggris. Menampilkan aspek praktikal dan kegunaan
dari teori evolusi Darwin, mentransfer teori Darwin dari konteks biologis ke
dalam konteks perbaikan dalam masyarakat.
Perkembangan dalam dunia psikiatri
Sumbangan dari dunia psikiatri terutama pada
eksplorasi gejala-gejala patologis kejiwaan dan pengayaan dalam bidang
metodologi. Bidang ini terutama terkait dengan psikologi klinis.
Tokoh :
1) Kraepelin :
penggolongan psikosis, determinan fisiologis dari kelainan jiwa, penyusunan tes
psikologis untuk penderita kelainan jiwa.
2)
Kretschmer:
hubungan bentuk tubuh dan kelainan kejiwaan, dan tipologi bawaan
Psikologi sebagai ilmu yang mandiri (Akhir Abad
Ke-19)
Konteks sosial
dan intelektual
v Pada akhir abad 19, dengan perkembangan natural
science dan metode ilmiah secara mapan sebagaimana diuraikan di bagian
sebelumnya, konteks intelektual Eropa sudah ‘siap’ untuk menerima psikologi
sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan formal.
v Tanah kelahiran psikologi adalah Jerman. Oleh
karenanya munculnya psikologi tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial Jerman
dan orientasi intelektual Wilhelm Wundt, orang pertama yang memproklamirkan
psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu.
Konteks sosial Jerman
- Konteks ilmiah Jerman pada abad 19 ditandai dengan mulai berdirinya institusi universitas dengan misinya untuk membentuk manusia berkualitas (berbudaya dan memiliki integritas) dan penyedia tenaga kerja yang professional.
- Ilmu psikologi didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang menyumbang pada pembentukan Bildungsburger, culturally educated citizens. Maka psikologi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai kualitas manusia ideal Jerman. Sebagai sebuah ilmu yang hubungannya paling dekat dan paling langsung dengan manusia, psikologi berada di antara dua kepentingan : hubungannya dengan ilmu-ilmu yang kongkrit dan aplikatif dan hubungannya dengan ilmu-ilmu kemanusiaan seperti filasafat, teologi.
- Wundt sendiri menganggap psikologi sebagai bagian dari filsafat. Namun dengan berkembangnya karir pribadinya, ia mulai menentukan batas-batas yang dapat dilakukan psi. sebagai sebuah ilmu alam, khususnya psikologi eksperimen. Dasar berpikir Wundt tentang psikologi menunjukkan bagaimana posisi psikologi dalam dua kepentingan itu sendiri. Baginya kesadaran manusia (consciousness) terdiri dari elemen-elemen. Namun elemen ini tergabung dalam kesatuan yang lebih besar melalui human will.
Riwayat dan pemikiran Wundt.
Wilhelm Wundt (1832-1920) dilahirkan di
Neckarau, Baden, Jerman, dari keluarga intelektual. Ia menamatkan studi
kesarjanaannya dan memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran dan tertarik
pada riset-riset fisiologis. Ia melakukan penelitian di bidang psikofisik
bersama-sama dengan Johannes Mueller an Hermann von Helmholtz. Karya utamanya
pada masa-masa ini adalah Grundzuege der Physiologischen Psychologie
(Principles of physiological psychology) pada tahun 1873-1874.
Wundt memperoleh posisi sebagai professor dan
mengajar di Universitas Leipzig dimana ia mendirikan Psychological Institute.
Laboratorium psikologi didirikan pada tahun 1879, menandai berdirinya psikologi
sebagai sebuah disiplin ilmu ilmiah. Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt
membiayainya dari kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun
1885, lab ini baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh
universitas. Laboratorium ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya
gedungnya hancur dalam PD2.
Selama di Leipzing, Wundt adalah seorang
pengajar yang sangat produktif, membimbing 200 mahasiswa disertasi, mengajar
lebih dari 24.000 mahasisiwa, serta menulis secara teratur.Pada tahun 1900 ia
memulai karya besarnya, Voelkerpsychologie, yang baru diakhirinya pada
tahun 1920, tahun dimana ia wafat. Karya ini berisi pemikirannya tentang sisi
lain dari psikologi, yaitu mempelajari individu dalam society, tidak hanya
inidvidu dalam laboratorium. Karya ini dapat dikatakan sebagai jejak pertama
Psikologi Sosial.
Pemikiran Wundt terbagi atas beberapa point
penting:
- Adanya ‘an alliance between two science’, yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi adalah ilmu yang menginformasikan fenomena kehidupan sebagaimana yang kita persepsikan melalui penginderaan eksternal sedangkan psikologi adlaah yang memungkinkan manusia melihat ke dalam dirinya dari sisi internal dirinya sendiri. Terkait dengan ikatan kedua cabang ilmu ini, ada beberapa pemikiran penting:
a.
Secara
metodologi aliansi ini berarti apparatus dan teknik pengukuran yang ada di
bidang fisiologi diaplikasikan kepada bidang psikologis, misalnya dengan waktu
reaksi. Berdasarkan hal inilah, Wundt menamakan cabang ilmu baru yang
ditemukannya ini sebagai psikologi eksperimental. Bagi Wundt metode eksperimen
lebih ‘layak’ digunakan untk eksplorasi mind daripada yang biasa digunakan,
yaitu ‘introspection’. Sebenarnya secara tradisional, Wundt bergantung pada
observasi introspektiv dari alam sekitar dan dunia, dimana dipisahkan antara
usaha untuk mengidentifikasi elemen-elemn mental dan mengidentifikasi proses
mental yang mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam pengalaman atau
obyek yang koheren.
b.
Dengan aliansi
ini psikologi menjadi lebih terbantu untuk menghadapi tantangan dunia natural
science. Ilmu psikologi yang secara tradisional mempelajari soul (jiwa), kini
mendapat justifikasinya selama elemen soul tsb di jabarkan ke dalam elemen
fisiologis terkecil, misalnya susunan system syaraf. Maka dimungkinkan juga
terjadinya reduksionism operasi mental ke dalam operasi neurologis.
c.
Melalui aliansi
dengan ilmu yang lebih mapan kedudukannya seperti ilmu fisiologis, psikologi
lebih mudah diterima dalam khasanah ilmu pengetahuan sebagai sebuah ilmu yang
mandiri
- Pandangan tentang psikologi sebagai ilmu dan metodenya.
- Pemahaman Wundt tentang psikologi relatif konstan, yaitu “..as the study of the mind and the search for the laws that govern it..” (Leahey, 2000 : 253). Namun demikian, pandangannya mengenai metode paling tepat untuk menggali mind dan ruang lingkup mind itu sendiri berubah sejalan dengan perkembangan kematangan intelektualitasnya.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind
mencakup proses-proses ketidaksadaran / unconciousness (sebagai
karakteristik dari soul). Metode eksperimen adalah jalan untuk membawa
penelitian tentang mind dari level kesadaran (consciousness) kepada
proses-proses yang tidak sadar. Dengan kata lain, metode eksperimen adalah cara
untuk membawa mind ke dalam batas-batas ruang lingkup natural science yang
obyektif dan empiris.Dalam perkembangannya, Wundt mengakui bahwa metode
eksperimental dalam psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali
elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi, emosi, dll). Namun di atas
fenomena-fenomena mendasar ini masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi
(higher mental process) yang mengintegrasikan fenomena dasar tsb. Higher mental
process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah
peradaban dan bersifat abadi, yaitu : bahasa, mitos, custom, budaya. Pada tahap
ini Wundt membatasi fungsi soul hanya pada tahap kesadaran. Proses-proses
ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari ‘study of the mind’.
Research Method for Psychology, adalah fokus pemikiran Wundt selanjutnya.
Idenya tentang metode juga berkembang sejalan dengan kematangan proses
intelektualnya.
Sementara itu, metode yang pertama kali
dianjurkan Wundt sebagai strategi ilmiah untuk eksplorasi psikologis adalah eksperimental
self-observation/introspection, pengembangan dari metode perenungan (armchair
subjective introspection) yang sering dipakai dalam filsafat. Metode ini
dilakukan oleh Wundt dg cara sangat terkontrol sehinga dapat direplikasi.
Metode ini dilakukan di bawah pengawasan ketat dari seorang eksperimenter yang
terlatih. Subyek dimasukkan ke dalam situasi lab yang terkontrol dan diminta
melaporkan secara sistematis pengalaman yang dihasilkan dari situasi tersebut.
Eksperimenter mencatat hasil ini secara mendetil.
Metode eksperimental introspection di atas
sangat diutamakan oleh Wundt dalam penelitian-penelitiannya pada masa ia
memahami mind sbagai studi yang mencakup unconsciousness. Metode ini dianggap
lebih unggul daripada introspeksi yang tradisional (armchair introspection)
karena lebih mampu menjangkau tahap unconsciousness daripada yang
terakhir.Selain eksperimental introspection, Wundt menemukan metode lain, yaitu
comparative-psychological dan historical-psychological. Metode
eksperimental introspection hanya bermanfaat pada subyek dewasa yang normal.
Untuk anak-anak, binatang, dan individu dengan gangguan kejiwaaan dilakukan comparative-psychological
guna melihat perbedaan mental mereka. Sedangkan historical-psychological
adalah metode untuk melihat perbedaan mental individu dari ras dan kebangsaan
yang berbeda. Sebagai seorang yang dipengaruhi pemikiran Darwin, Wundt percaya
bahwa perkembangan psikologis individu dapat dipelajari dengan cara melihat
sejarah perkembangan manusia itu sendiri. Pada saat pandangan Wundt tentang
mind terfokus pada level kesadaran, metode introspection mulai dibatasi
penggunaannya, dan Wundt beralih pada metode eksperimen laboratorium modern,
dimana yang dipentingkan adalah kemungkinan duplikasi yang eksak.
Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua
karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie.
Principles of Physiological Psychology, dalam karyanya ini Wundt memfokuskan pada
hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan, emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Hasil eksperimen tentang ingatan akan simple
ideas menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam ingatan
manusia (mind), fakta bahwa ide yang bermakna akan lebih diingat daripada yang
muncul secara random, serta karakteristik dari kesadaran manusia yang bersifat
selektif. Konsep penting yang muncul adalah apperception, suatu bentuk
operasi mental yang mensintesakan elemen mental menjadi satu kesatuan utuh,
juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan judgement.
Studi Wundt tentang emosi dan feelings menghasilkan pembagian kutub-kutub emosi
ke dalam tiga dimensi :
Pleasant vs unpleasant
High vs low arousal
Concentrated vs relaxed attention
Teori ini dikenal sebagai the three dimensional
theory namun bersifat kontroversial.Ide tentang abnormalitas kesadaran dari
Wundt dibangun melalui diskusi-disksui dengan para psikiater terkenal masa itu,
Kretschmer dan Kraepelin. Ide Wundt tentang schizoprenic adalah hilangnya
kontrol appersepsi dan kontrol dalam proses atensi. Akibatnya proses berpikir
hanya bersifat rangkaian asosiasi ide yang tidak terkontrol.
Voelkerpsychologie, adalah karyanya yang berfokus pada metode
historical psychological. Mind individu adalah hasil dari sebuah perkembangan
species yang panjang. Maka usaha untuk memahami perkembangan mind harus
dilakukan dengan cara menjajagi perkembangan sejarah peradaban manusia. Sejarah
adalah cara untuk sampai pada psikologi manusia secara intuitif.
Dalam eksplorasi sejarah perkembangan ini,
Wundt sampai pada kajian yang detil dan sistematis tentang perkembangan bahasa
manusia. Hasil kajian ini dianggap sebagai prestasi besar dalam dunia psikologi
dan meletakkan dasar bagi bidang psikolinguistik. Wundt memandang bahasa dalam
dua seginya, dari aspek linguistik dan aspek kognitif. Bahasa menggambarkan
bagaiamana proses kognitif berjalan dan menggambarkan juga tingkat abstraksi
individu.
Jasa utama Wundt dalam bidang psikologi adalah
usahanya untuk memperjuangkan diterimanya psikologi sebagai sebuah disiplin
ilmu yang mandiri. Ide-ide Wundt sendiri tidak bertahan lama dan bahkan
murid-muridnya tidak banyak mempopulerkan pemikirannya. Dalam konteks
perkembangan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu,Wundt lebih tepat dianggap
sebagai seorang figur transisi yang menjembatani aspek filosofis dari psikologi
di masa lalu dengan ciri terapan dan natural science dari psikologi di masa
depan. Para murid Wundt juga lebih tertarik untuk mengembangkan psikologi ke
dua arah tsb : natural science dan applied science.
Strukturalisme: E.B. Titchener
E.B. Titchener adalah salah satu murid Wundt
yang dianggap paling mendukung pandangan Wundt, meskipun sebenarnya banyak
pandangan Wundt yang ditentangnya, dan akhirnya dia mengembangkan alirannya
sendiri, structural psychology.
Titchener berkebangsaan Inggris. Ia belajar di
Oxford dalam bidang filsafat sebelumnya beralih ke fisiologi. Berdasarkan
pengalamannya menterjemahkan buku Wundt ke dalam bahasa Inggris, Titchener
tertarik pada ajaran Wundt dan pindah ke Leipzig untuk menjadi murid Wundt.
Setelah menempuh pendidikan di bawah Wundt dan sempat mengajar sebentar di
Inggris, Wundt pindah ke Amerika, mengajar di Cornell University hingga akhir
hayatnya di tahun 1927. Selama masa tinggalnya di Amerika ini structural
psychology yang dijalaninya menemukan tantangan pada aliran Psikologi lainnya
yang khas Amerika, seperti fungsionalisme dan behaviorisme. Namun Titchener
tidak terpengaruh kepada dua aliran besar tsb dan tetap berpegang pada
strukturalisme hingga akhir hayatnya.
Aliran strukturalisme mendasarkan diri pada
konsep utama Titchener, yaitu sensation. Konsep utama ini membawanya
kepada pertentangan dengan Wundt dan konsep apperceptionnya. Berbeda dengan
apperception yang merupakan hasil kesimpulan, sehingga masih memungkinkan subyektivitas,
sensation adalah hasil pengalaman langsung, sehingga lebih obyektif. Lagipula
proses atensi yang menjadi fungsi apperception selalu dapat dikembalikan kepda
sensasi menurut Titchener.
Tiga pemikiran utama strukturalisme Titchener:
a)
Identifikasi
elemen sensation yang mendasar. Semua proses mental yang kompleks dapat
direduksi ke dalam elemen mendasar ini. Sebagai contoh, Titchener menemukan
30.500 elemen visual, empat elemen pengecap, dsb. Titchener menggunakan metode
experimental introspection untuk menggali elemen sensasi dasar ini, metode yang
dipelajarinya dari Wundt. Namun di tangan Titchener, metode ini lebih
elaboratif, karena sifatnya tidak hanya deskriptif tetapi juga analisis yang
retrospektif.
b)
Identifikasi
bagaimana elemen dasar sensasi ini saling berhubungan untuk membentuk persepsi,
ide dan image yang kompleks. Hubungan ini bersifat dinamis dan selalu berubah
sesuai dengan berubahnya elemen dasar, jadi bukan proses asosiasi.
c)
Menjelaskan
bekerjanya mind. Titchener tidak setuju bahwa mind dijelaskan melalui proses
psikologis (higher mental process) seperti yang dilakukan Wundt. Mind harus
dijelaskan berdasarkan proses fisiologis, yaitu aktivitas sistem syaraf. Karena
proses fisiologis lebih observable daripada proses psikologis.
Aliran strukturalisme tidak berkembang menjadi
aliran yang besar. Aliran ini menghilang bersamaan dengan wafatnya Titchener.
Wajah Psikologi Memasuki Abad ke-20
Memasuki abad ke-20, psikologi berkembang dalam
berbagai school of thought. Kalau Wundt meletakkan dasar bagi psikologi
dengan pandangan strukturalisme, maka selanjutnya berbagai aliran utama yang
muncul adalah sebagai berikut.
1.
Fungsionalisme
2.
Behaviorisme
3.
Psikoanalisa
4.
Psikologi
Gestalt
5.
Psikologi
Humanistik
Sejarah
Perkembangan Psikologi di Indonesia
Di Indonesia
perkembangan psikologi dimulai pada tahun 1953 yang dipelopori oleh Slamet Iman
Santoso dengan mendirikan lembaga pendidikan psikologi pertama yang mandiri dan
pada tahun 1960 lembaga tersebut sejajar dengan fakultas-fakultas lain di
Universitas Indonesia dan kemudian dikembangkan di UNPAD dan UGM. Hingga
sekarang, di seluruh Indonesia sudah berdiri puluhan Fakultas psikologi
diberbagai universitas yang tersebar baik negeri maupun swasta. Satu keunikan
dari Fakultas psikologi yang berkembang di Indoensia adalah tidak adanya
jurusan seperti Fakultas-fakultas lain (jika psikologi berdiri sendiri sebagai
Fakultas).
Walaupun memiliki sejarah yang jauh lebih pendek daripada
keberadaan psikologi di negara-negara barat, namun kebutuhan akan adanya
psikologi di indonesia sama besar dengan negara-negara barat lainnya. Sebagai
negara berkembang, psikologi di indonesia di butuhkan dalam bidang kesehatan, bisnis,
pendidikan, politik, permasalahan sosial dan lain-lain.
seperti psikologi di barat yang memiliki sejarah yang rumit, begitu pula psikologi di indonesia. Tetapi psikologi di barat tidak selalu dapat di terapkan di indonesia, bahkan psikologi yang ada di indonesia belum tentu dapat berlaku pada etnik lainnya, misalnya standar IQ dari Wescsler-Bellevue yang berlaku di negara-nagara barat tidak berlaku umum di indonesia. Lebih lanjut lagi, standar yang berlaku bagi golongan etnik atau kelas sosial tertentu di indonesia belum tentu berlaku bagi golongan atau etnik lainnya.
seperti psikologi di barat yang memiliki sejarah yang rumit, begitu pula psikologi di indonesia. Tetapi psikologi di barat tidak selalu dapat di terapkan di indonesia, bahkan psikologi yang ada di indonesia belum tentu dapat berlaku pada etnik lainnya, misalnya standar IQ dari Wescsler-Bellevue yang berlaku di negara-nagara barat tidak berlaku umum di indonesia. Lebih lanjut lagi, standar yang berlaku bagi golongan etnik atau kelas sosial tertentu di indonesia belum tentu berlaku bagi golongan atau etnik lainnya.
Selain berbagai masalah di atas, indonesia juga
menghadapi yang di hadapi oleh psikologi di barat. Asal-usul yang sangat luas, definisi yang bervariasi, teori dan metodologi yang saling bertentangan
dan aplikasi yang sangat luas dan beragam adalah masalah-masalah yang juga di
hadapi oleh para psikologi di indonesia, guru besar, staf pengajar, dan praktisi yang berbeda menggunakan
pendekan, teori, dan metodologi yang berbeda pula dalam melihat
dalam suatu masalah yang sama. Hal ini menimbulkan kebingungan pada masyarakat awam di mana masyarakat di indonesia belum dapat
menerima psikologi sebagai suatu yang “umum”, yang dapat melihat suatu dari barbagai sudut
pandang seperti halnya di negara-nagara barat, masyarakat di nindonesia masih cenderung
mengharapkan psikologi sebagai suatu ilmu yang pasti yang dapat memberikan
jawaban dan penyeleseian yang pasti bagi penyeleseian masalah seperti misalnya, ilmu kedokteran.
Belakangan ini
kemajuan psikologi semakin pesat, ini terbukti dengan bermunculannya
tokoh-tokoh baru, misalnya BF Skinner (pendekatan behavioristik), Maslow (teori
aktualisasi diri) Roger Wolcott (teori belahan otak), Albert Bandura (social
learning teory), Daniel Goleman (kecerdasan emosi), Howard Gadner (multiple
intelligences) dan sebagainya. Dan perkembangan psikologi sekarang menuju
psikologi yang kontemporer sesuai dengan perkembangan zaman, muncul teori-teori
baru dan aliran-aliran baru seperti Psikologi Lintas Budaya (cross cultur
psychology), Indegeneous Psychology (Psikologi Indgeneus), dan
Psikologi Positif (Positive Psychology).
Referensi:
Brennan, J.F. (1991). History and Systems of
Psychology. New Jersey : Prentice Hall Inc.
Chaplin, J.P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo
Chaplin, J.P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo
Hadiwijono, Harun. (2005). Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius
Lundin, (1991). Theories and Systems of
Psychology. 4 rd Ed. Toronto: D.C. Heath and Company.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2009). Pengantar
Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar